Artikel Keislaman


Edit

Renungan Taubat

Sebagian besar manusia hidup untuk mengejar impian sepanjang hidup mereka. Upaya mereka berpusat pada satu tujuan yaitu kesempurnaan. Menurut mereka manusia yang ideal adalah manusia yang mampu menyebarkan aura kesempurnaan. Namun, konsekuensi logis dari usaha itu adalah keniscayaan terjadinya kesalahan dalam melangkah terlebih bila ikhtiar menuju kesempurnaan itu tanpa didasari background spiritual yang cukup.

Meski demikian, gambaran ideal itu hanyalah tujuan yang ilusioner (khayalan). Gambaran orang mukmin seperti itu tidak pernah ada. Hal itu karena pada hakikatnya manusia itu lemah, rendah, dan tidak berdaya di hadapan Allah Tuhan semesta alam. Konsekuensinya, manusia dapat berbuat kesalahan sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, manusia akan berusaha melakukan hal yang terbaik untuk menghindari dosa dan kesalahan. Sebagai hamba yang lemah dihadapan Allah, manusia tidak pernah lepas dari kesalahan.

Al Qur'an menyebutkan bahwa manusia selalu melakukan dosa dan kesalahan:

"Jika sekiranya Allah menyiksa manusia karena usahanya, niscaya dia tidak akan meninggalkan diatas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun, tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka sampai waktu yang tertentu. Oleh karena itu, ketika datang ajal mereka, sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat keadaan hamba-hambaNya". (QS. Fathir: 45)

Ayat tersebut memerintahkan agar manusia selalu dan selalu memohon ampunan Allah. Itulah sifat yang membedakan antara orang mukmin dan orang kafir. Orang kafir selalu berusaha menutupi kesalahan dan dosa yang mereka lakukan sedangkan orang mukmin tidak pernah melakukan hal itu. Hal yang paling penting bagi orang mukmin adalah merasakan penyesalan dengan sungguh-sungguh dan kembali kepada Allah seraya memohon ampunanNya. Dengan membaca Al Qur'an, manusia akan mendapati bahwa keinginan untuk memohon ampun pada Allah adalah suatu kewajaran.

"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, beribadah dan memuji (Allah), melawat, ruku', sujud, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar dan memelihara hukum-hukum Allah. Gembirakanlah orang-orang yang mukmin itu". (QS. At Taubah: 112)

Memohon ampunan Allah adalah aspek keseharian dalam ibadah orang mukmin. Manusia dapat meminta ampunan sepanjang hari atas segala kesalahan dan dosa baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Lebih jauh lagi, seperti halnya meminta ampunan bagi diri sendiri, orang mukmin dapat memintakan ampun bagi orang mukmin yang lainnya.

Dalam bahasa arab, istilah untuk meminta ampun adalah istighfar yang berarti menutupi, melindungi dan menyembunyikan semuanya atau mengembalikan pada keadaan semula. Taubat dapat dimaknai dengan "Kembali". Maksudnya berjanji tidak melakukan lagi suatu dosa tertentu.

Berkenaan dengan hal ini, dalam kitab Qomi' At Tughyan karangan syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantany memberikan definisi mengenai taubat, antara lain :

  • Seketika meninggalkan perbuatan maksiat dan bercita-cita untuk meninggalkannya pada waktu yang akan datang.
  • Harus mengganti keteledoran (kelalaian) yang telah dilakukan pada waktu-waktu yang telah lalu.
  • Menyesali perbuatan dosa yang telah lalu.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al Ghozaly bahwa menyesali perbuatan yang telah lalu adalah kewajiban dari taubat, karena penyesalan ini adalah jiwa dari taubat.

"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya". (QS. At Tahrim: 8)

Yang dimaksud murni dalam ayat tersebut adalah taubat yang semata-mata karena Allah dan tidak ada motif-motif lain yang mencampurinya. Bagi mereka yang mampu memurnikan jiwanya dari orientasi keliru dalam bertaubat, maka orang itu telah mengantongi salah satu tanda orang yang bertaqwa. Dalam diskripsi Al Quran, orang yang bertaqwa bukanlah orang yang sempurna tanpa cacat. Tetapi mereka yang setiap melakukan kealpaan, dia mengingat Allah kemudian bertaubat.

"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imron: 135)

Penulis: *Bambang TP*

Santri Nurul Huda semester akhir di Madrasah Nurul Huda. Tahun ini mendapat bantuan Bea Siswa dari Yayasan PPSSNH untuk melanjutkan kuliah S1 di Universitas Kanjuruhan Malang