Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar! Ayat ini termasuk ayat Madaniyah karena diawali dengan kalimat يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا, yang merupakan ciri khas ayat-ayat Madaniyah.
Perintah Allah kepada orang-orang beriman, khususnya penduduk Madinah, untuk bertakwa. Salah satu tafsir dari kalimat "at-taqwa" sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sabdanya, "Attaqwa Haahuna" (takwa itu di sini), yaitu di dalam hati. Oleh karena itu, di mana pun seorang muslim berada, ketakwaan hendaknya selalu mengontrol tindak-tanduk dan perilakunya.
Jadi, takwa itu tidak hanya di masjid. Jangan sampai ketika berada di masjid, seseorang menjadi yang paling bertakwa, tetapi ketika bekerja sesuai profesinya, misalnya sebagai pedagang di pasar, ia berubah menjadi pribadi yang lain, melakukan sumpah palsu atau mencurangi timbangan. Orang seperti ini belum memiliki komitmen terhadap takwa. Kalimat اتَّقُوا اللّٰهَ bermakna "raqibu Allah" (awasilah Allah) atau lebih tepatnya, Allah mengawasi diri kalian. Hendaknya setiap individu menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasinya.
Karena diawasi oleh Allah, maka hendaknya seseorang berhati-hati dan menjaga baik tutur kata maupun perbuatannya agar selaras dengan nilai-nilai kehidupan yang diridai Allah. Awasilah Allah dalam seluruh perkataan dan perbuatanmu, yang berarti Allah senantiasa mengawasimu dalam ucapan dan tindakanmu.
وكونوا مع الصادقين (dan tetaplah bersama orang-orang yang benar), yaitu orang-orang yang ahli dalam kejujuran (ahli sidqi). Secara bahasa, ahli sidqi berarti setiap orang yang memiliki kejujuran. Namun, menurut definisi ahli tasawuf, ahli sidqi adalah orang-orang yang telah mencapai puncak keimanan, dan inilah yang kemudian dijelaskan oleh Imam Ali Bin Abi Thalib dalam menafsirkan maqam sidqi. Beliau berkata:
"Andaikan Allah menyingkap tabir penghalang sehingga aku melihat segala sesuatu dari alam gaib secara kasat mata, surga dan neraka secara kasat mata, hal itu tidak akan menambah keyakinanku kepada Allah."
Karena keyakinan Imam Ali telah mencapai puncaknya. Inilah makna dari ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm (tunjukilah kami jalan yang lurus) yang kita baca dalam 17 rakaat setiap hari. Sirotol mustaqim itu ditafsirkan oleh Al-Qur'an sendiri, yaitu ṣirāṭal-lażīna an'amta 'alaihim (jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat), yaitu para nabi, siddiqin, syuhada, dan shalihin. Ternyata, "an'amta 'alaihim" adalah kelompok tertinggi dari umat manusia, dan untuk mencapai kelompok ini tidak mungkin diupayakan atau diusahakan. Jadi, jika ada orang yang mengaji setiap hari dan shalat seribu rakaat atau melakukan amal lain dengan tujuan menjadi nabi, hal itu tidak akan pernah terjadi.
Derajat nabi tidak dapat diupayakan, meskipun seseorang berusaha melakukan kebaikan setinggi-tingginya. Karena kenabian bukanlah sesuatu yang muktasabah (diusahakan), melainkan murni anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Jika Allah berkehendak, Dia dapat melakukannya. Contohnya adalah Nabi Harun Alaihissalam yang menjadi nabi setelah Nabi Musa Shallallahu Alaihi Wasallam meminta kepada Allah agar saudaranya itu juga diangkat sebagai rasul karena Nabi Musa memiliki kekurangan dalam kefasihan berbicara. Lidah Nabi Musa agak cadel karena peristiwa masa kecilnya ketika diangkat oleh Firaun. Saat itu, ia menarik janggut Firaun hingga Firaun kesakitan dan menganggapnya sebagai calon musuh yang harus dibunuh. Namun, Allah menyelamatkan Nabi Musa melalui istri Firaun yang mengatakan bahwa anak kecil tidak tahu apa-apa dan pasti akan memilih bara api jika dihadapkan dengan kurma. Firaun ingin menguji kebenaran perkataan istrinya dan membiarkan Nabi Musa memilih antara bara api dan kurma. Karena Nabi Musa adalah calon nabi yang memiliki kecerdasan sejak bayi (fathonah), ia akan mengambil kurma, tetapi malaikat mengarahkannya untuk mengambil bara api demi keselamatannya. Bara api yang dimasukkan ke mulut kecil Nabi Musa menyebabkan lidahnya menjadi cadel permanen. Ketika Nabi Musa diangkat sebagai rasul dan nabi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, ia meminta agar Nabi Harun saudaranya juga diangkat sebagai pembantu dan dikabulkan oleh Allah, meskipun kapasitas mereka mungkin berbeda.
Demikian pula dengan saudara-saudara Yusuf. Meskipun mereka pernah merencanakan kejahatan, pada akhirnya mereka diangkat oleh Allah sebagai nabi. Jika Allah berkehendak, seseorang yang pernah berbuat jahat pun bisa menjadi nabi. Tetapi, jika seseorang shalat lalu berkata, "Aku ingin menjadi nabi," hal itu tidak akan terjadi karena kenabian bukanlah sesuatu yang dapat diupayakan. Meskipun seseorang berusaha melakukan kebaikan setinggi-tingginya, ia tidak akan pernah menjadi nabi.
Para siddiqin, seperti Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Utsman, Sayidina Ali, dan sahabat lainnya, sebagian di antaranya telah diberikan kabar gembira tentang surga oleh Rasulullah. Ternyata, orang-orang yang dijamin masuk surga tidak terbatas pada sepuluh orang yang masyhur itu, karena mereka disebutkan bersamaan. Ada sahabat lain yang juga diberi kabar gembira tentang surga oleh Rasulullah, salah satunya adalah seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah dan bertanya tentang Islam. Rasulullah menjawab, "Lakukanlah shalat lima waktu, puasa sebulan dalam setahun, dan zakat jika mampu." Orang itu berkata, "Aku akan melakukannya dan tidak akan menambah atau mengurangi sedikit pun." Rasulullah bersabda setelah orang itu pergi, "Jika dia memegang komitmennya, pasti dia akan masuk surga," atau dalam riwayat lain, "Jika kalian ingin melihat calon penghuni surga, lihatlah orang ini." Ternyata, orang ini adalah salah satu yang menegaskan akan melakukan shalat wajib saja, puasa wajib saja, dan zakat wajib saja, dan Rasulullah bersabda, "Inilah calon tetap penghuni surga." Hal seperti ini banyak dilakukan oleh Rasulullah.
Kesimpulannya, orang-orang yang diberi kabar gembira tentang surga (mubasyar bin Jannah) tidak terbatas pada sepuluh orang. Bahkan, Sayidina Ukkasyah Ibn Mihsan, yang doanya kemudian terkenal di masyarakat Indonesia, termasuk di dalamnya.
Ketika Rasulullah menyebutkan tentang 70 ribu umatnya yang masuk surga tanpa hisab dan dengan syafaat, Ukkasyah berkata, "Ya Rasulullah, jadikanlah aku termasuk di antara mereka." Rasulullah menjawab, "Engkau termasuk di antara mereka." Orang lain meniru Ukkasyah, tetapi Rasulullah bersabda, "Ukkasyah telah mendahului kalian." Jadi, orang-orang yang dijamin masuk surga tidak terbatas pada sepuluh orang saja.
Bahkan secara umum, Rasulullah telah bersabda kepada umatnya:
"Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan." Para sahabat bertanya, "Siapa yang enggan, ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Siapa yang taat kepadaku akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku sungguh ia telah enggan."
Kunu ma'aṣ-ṣādiqīn (tetaplah bersama orang-orang yang benar). Yakin adalah keyakinan yang dibawa terus hingga mati. Maka Allah berfirman: وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan [kematian]). Jadi, yakin adalah kepercayaan yang dipertahankan sampai mati, itulah keyakinan yang sesungguhnya.
Siapakah mereka itu? Mereka adalah orang-orang yang mempercayai kebenaran nilai-nilai agama, yaitu mereka yang jujur dalam beragama, tidak munafik, tidak riya', dan melakukan segala sesuatu karena Allah, tidak ingin pamer atau mengharapkan pujian dari orang lain. Mereka itulah orang-orang yang jujur dalam menjalankan nilai-nilai agama, baik dari sisi niat. Niat dalam perspektif syariat Islam sangat penting dan menentukan, sehingga Rasulullah SAW bersabda, "innamal a'malu binniyat" (sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya). Imam Syafi'i mengatakan bahwa seluruh persoalan dalam syariat Islam tercakup dalam hadis ini, yang termasuk dalam Jawami'ul Kalim, yaitu kalimat yang sederhana namun memiliki makna yang menyeluruh. Inilah salah satu bentuk mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, yaitu "utiya jawami'al kalim" (beliau diberikan perkataan yang ringkas namun padat makna). Habib Ali Bin Muhammad al-Habsyi mengatakan bahwa orang-orang Arab yang memiliki kemampuan bahasa yang sangat tinggi pun tidak mampu menghasilkan kalimat yang setara dengan jawaban Rasulullah, salah satunya adalah "innamal a'malu binniyat". Banyak hal yang dibedakan oleh niat meskipun tampak serupa, misalnya shalat dengan olahraga, puasa dengan mogok makan, bepergian biasa dengan haji, menari dengan sa'i. Begitu pentingnya niat sehingga umat ini memiliki potensi untuk menjadikan setiap kegiatannya bernilai ibadah dengan niat yang benar.
Ulama ushul menegaskan:
تَنْقَلِبُ الْعَادَةُ عِبَادَةً بِالنِّيَّةِ
"Kebiasaan rutin dapat berubah menjadi ibadah dengan niat."
Minum dan makan adalah kebutuhan tubuh, tetapi bisa menjadi ibadah bernilai tinggi jika diawali dengan niat yang baik, begitu pula dengan berpikir tentang keluarga, tidur, dan sebagainya. Inilah yang menunjukkan bahwa umat ini memiliki potensi besar untuk menjadikan seluruh aktivitas sehari-harinya bernilai ibadah, sehingga berkesempatan untuk memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." 1 Ibadah di sini tidak harus 24 jam di atas sajadah atau memegang tasbih, tetapi ketika seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, hal itu adalah ibadah dengan nilai yang sangat tinggi.
1.
FORUM INTEGRITI 2023: Peranan Ketua Jabatan dalam ...
mindanc.uitm.edu.my
Ternyata, jihad bagi umat Muhammad tidak harus di medan perang dengan menghunus pedang atau berlumuran darah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada seseorang yang ingin berjihad tetapi kedua orang tuanya masih hidup, "Fafi hima fajaaahid" (maka berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya). Jadi, jihad dalam perspektif Islam memiliki makna yang sangat luas, tidak terbatas pada perang. Ada yang bertanya ingin berjihad, ya Rasulullah, dan Rasulullah menjawab akan menunjukkan jihad tanpa pertumpahan darah, yaitu "Alhajju ila baitillahi jihadun" (haji ke Baitullah adalah jihad). Jadi, jihad memiliki makna yang sangat luas, salah satu kewajiban agama atau rukun Islam yang kelima pun merupakan jihad. Kita simpulkan bahwa jihad dalam perspektif Islam maknanya sangat luas, tidak terbatas pada sesuatu yang identik dengan mempertaruhkan nyawa dan berdarah-darah.
Tafsir
Surah At-Taubah: Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein bin Alwy bin Agil 9 Februari 2025
Menyelami samudra makna Surah At-Taubah, khususnya ayat 109
hingga 111, dengan sentuhan pemahaman yang membuka cakrawala pemikiran kita,
menyingkap lapisan-lapisan hikmah yang tersembunyi di balik untaian firman
Allah SWT.
Ringkasan Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein bin Alwy bin Agil 4 Mei 2025
Ayat 117 dan 118 dari Surah At-Taubah menghadirkan lukisan agung tentang rahmat dan kasih sayang Allah Swt., terutama dalam konteks kesulitan dan ujian yang dihadapi oleh kaum Muslimin di masa Rasulullah Saw. Lebih dari sekadar catatan sejarah, ayat ini menyimpan pelajaran mendalam tentang kekuatan taubat dan istighfar, sebagaimana yang senantiasa ditekankan dalam kajian-kajian hikmah, termasuk yang disampaikan oleh Habib Husein Ibn Alwy Ibn Agil.
Dalam rangka menumbuhkan semangat syiar Islam serta mengembangkan bakat generasi muda, kami menghadirkan kembali NUHA FEST 2025, dengan mengusung tema:
💡 Mencerdaskan Generasi Muda, Meneguhkan Akhlak, dan Unggul dalam Prestasi ✨
NUHA FEST 2025 menghadirkan berbagai kompetisi, yakni:
🕌 MHQ (Musabaqoh Hifdzil Qur'an)
🎨 Kaligrafi Kontemporer
🗣️ English Speech Competition
Melalui lomba-lomba ini, kami ingin mengajak seluruh peserta untuk tidak hanya bersaing, tetapi juga berkembang menjadi pribadi yang unggul dalam ilmu, kuat dalam akhlak dan luas dalam wawasan 🙌
Seusai ngaji Shofwatut Tafasir ke Habib Husein Ibn Alwy Ibn Aqil di Nurul Huda Mergosono, saya melirik tumpukan kitab saya yang lama tidak saya sentuh, Umdatul Muhtaj Ila Sarhil Minhaj. Kitab dengan 16 jilid ini saya kemasi saya bawa ke Dzinnuha. Diperjalanan saya menyempatkan mutholaah halaman 283 juz 1 yang masih membahas muqadimah dari kitab Minhaj. Inilah sedikit catatan dari apa yang saya baca itu:
Dalam tradisi intelektual Islam, ilmu menempati posisi yang sangat istimewa. Ia bukan sekadar akumulasi data atau informasi, melainkan sebuah perjalanan spiritual, sebuah upaya untuk meraih nurullah, cahaya Ilahi yang menerangi jalan kehidupan. Sebagaimana ditegaskan dalam teks klasik,
"Sesungguhnya kesibukan dengan ilmu adalah sebaik-baik ketaatan dan perkara yang paling layak untuk diinvestasikan waktu-waktu yang berharga."
Al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup kaum muslimin telah sedang dan akan selalu ditafsirkan. Karena itu, dalam pandangan kaum muslimin, tafsir al-Qur'an adalah istilah yang sangat mapan. Akhir-akhir ini di negeri kita, hermeneutika sebagai metode penafsiran teks, sedang digandrungi oleh para intlektual dan para orientalis negeri seberang, dan digemakan oleh para pemikir islam moderenis seperti, Hasan Hanafi, Fazlur Rahman, Muhamad Arkoun, Nasr Hamid Abu Zaid dan lain-lain. Padahal istilah hermeneutika adalah kosa kata filsafat barat, yang juga sangat terkait dengan interpretasi Bibel. Karena itu hermeneutika tidak layak di sinonimkan dengan tafsir al-Qur'an, yang memiliki konsep yang jelas, berurat dan berakar dalam Islam. Hermeneutika dibangun atas faham relatifisme. Hermeneutika menggiring kepada gagasan bahwa segala penafsiran al-Qur'an itu relatif, padahal fakta empiris menunjukkan para mufassir yang terkemuka sepanjang masa tetap memiliki kesepekatan-kesepakatan. Jika hermeneutika tetap digunakan sebagai sinonim terhadap tafsir, akan mengimplikasikan berbagai problematika yang ada didalam hermeneutika, juga terjadi didalam al-Qur'an. Tulisan di bawah ini akan mengungkap bahwa hermeneutika tidaklah layak untuk dianggap sebagai tafsir.
Al-Insanu Hayawanu al-Nathiq, manusia adalah hewan yang berfikir atau berakal demikian sosok manusia didefinisikan dalam ilmu mantiq. Hikmah atau hakim menurut sudut pandang bahasa arab digunakan untuk memberikan makna kata filsafat dan filosof. Hikmah sendiri secara bahasa berarti bijaksana. Begitu juga filsafat bila ditinjau dari bahasa Yunani, philosophia berangkat dari kata philein yang berarti mencintai dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Maka secara umum orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebijaksanaan. Orang yang berfilsafat disebut orang bijak karena ia memiliki pengetahuan, memahami atau memiliki pengertian tentang sebab pada suatu peristiwa. Pengetahuan dan pemahaman tentang sebab dari suatu pertistiwa membuat seseorang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang terkandung dalam peristiwa itu.
Pada waktu Nabi Muhammad saw. berbaring di antara dua orang yaitu paman beliau Hamzah dan sepupu beliau Ja'far bin Abi Thalib di Hijir Isma'il dekat Ka'bah, tiba-tiba datang kepada beliau malaikat Jibril dan Mika'il beserta seorang malaikat lain, kemudian ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu mereka menelentangkan beliau. Di antara ketiga malaikat tersebut, yang mengurusi beliau adalah Jibril.
Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid Al Haram yang terletak di kota Makkah ke masjid Al Aqsha yang terletak di Palestina. Sedang mi'raj adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid Al Aqsha yang terletak di planet bumi menuju Mustawan, melalui tujuh planet atau dengan kata lain, mi'raj adalah perjalanan inter planet. Jadi "isra'" dan "mi'raj" adalah dua peristiwa yang disebutkan oleh Al Qur'an dalam dua surat yang berbeda. Isra' disebutkan dalam surat Isra' ayat 1:
Bagaimana hukumnya harta pensiunan, jika si pemilik pensiunan tersebut sudah meninggal dunia? Apakah harta tersebut termasuk tirkah yang tersebut dalam ilmu faraidl? Jika tidak, siapakah yang menjadi pemilik harta tersebut?
Bagaimana pandangan hukum terhadap orang yang mempunyai kadar seksual yang tinggi, kemudian ia menikah lagi dengan alasan untuk mengimbangi keadaannya demi menjaga dari kemaksiatan. Padahal jika perrnikahan itu dilaksanakan maka akan menyakiti hati isterinya yang pertama. Apakah agama menganjurkan untuk izin dahulu kepada isteri pertama? Dan bagaimana sikap isteri yang tidak menyetujui kehendak suaminya tersebut?
Bagaimana hukumnya orang yang menginginkan air maninya keluar tanpa berhubungan dengan isterinya, tetapi cukup dengan mendekapnya sehingga keluarlah air mani dan merasa puas dengan pekerjaan ini dengan alasan menjarangkan kehamilan? Bagaimana sikap suami yang isterinya meminta kelonggaran untuk hamil lagi? Apakah sikap isteri tersebut berdosa?
Bagaimana tanda-tanda selesainya nifas, sebab kadang-kadang sudah bersih ternyata ada sedikit cairan putih kekuning-kuningan dan sudah melewati masa 40 hari dan sudah terlanjur shalat begitut mengetahui sudah bersih?
Bagaimana kita berbuat baik kepada orang tua dan mertua? Apakah harus disamakan sikap dan pelayanan kita terhadap keduanya?
Pada khutbah Jum'at yang berjudul persaudaraan seiman karangan M. Chusna Abdullah terbitan majalah Aula No. 08/Tahun XV/Agustus 1993, yang berbunyi Shallallahu alaihi wa alihi waashhabihi wa man walah. Apakah itu kehilafan penulis, atau memang bisa/cukup dengan bacaan shalawat tersebut di atas?
Di tengah desa saya pernah terjadi seorang khotib hampir diturunkan dari mimbar, gara-gara pada akhir khutbah mengucapkan permohonan maaf kepada jamaah Jumat.
Lengkapnya begini, pada akhir khutbah pertama khatib menyimpulkan khutbahnya
"Demikian uraian khutbah kami, semoga ada manfaatnya dan atas segala kesalahan kekeliruan dan kehilafan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Aqulu qauli li walakum hadza wa astaghfirullaha liwalakum".
Apakah betul seorang khatib minta maaf kepada jamaah jumat pada akhir khutbah pertama, khutbahnya tidak sah?
Di desa kami ada sebuah masjid yang didirikan oleh aliran Rifa'iyah. Konon ceritanya syarat sah mendirikan jumatan/salat jumat harus ada orang yang bertanggung jawab (dibait) minim empat orang. Namun sekarang masjid itu 95% sudah diikuti oleh kaum Nahdliyin bahkan pengurusnya semua dari orang NU. Namun demikian masih banyak yang menuntut harus menentukan orang yang bertanggung jawab sahnya salat tersebut, minim empat orang (orang yang dulu dibaiat bertanggung jawab, dua orang telah meninggal dunia).
Apakah untuk mendirikan salat jumat di masjid harus ada orang yang dibaiat untuk bertanggung jawab untuk sahnya salat tersebut?
Salam silaturrahim kami sampaikan kepada keluarga besar Alumni dan wali santri PPSSNH Mergosono Malang. Kami atas nama Pengurus Alumni PPSSNH mengharap dengan hormat para Alumni PPSSNH (seluruh angkatan) dan wali santri dalam acara HAUL KE-11 Murobbi ruuhina ABAH KH. Drs. AHMAD MASDUQI MAHFUDZ Beserta HAUL KE-10 UMI NYAI Hj. CHASINAH HAMZAWI yang insya Allah akan dilaksanakan pada:
Hari: Ahad Pagi
Tgl: 13 Oktober 2024
Tempat: PPSSNH MERGOSONO MALANG
Demikian pemberitahuan dan undangan kami, atas perhatian, partisipasi dan kehadirannya disampaikan banyak terima kasih
Salam silaturrahim kami sampaikan kepada keluarga besar Alumni PPSSNH Mergosono Malang. Kami atas nama Pengurus Alumni PPSSNH mengharap dengan hormat para Alumni PPSSNH (seluruh anggkatan) dalam acara HAUL KE 10 Murobbi ruuhina ABAH KH. Drs. AHMAD MASDUQI MAHFUDZ Beserta HAUL KE 9 UMI NYAI Hj. CHASINAH HAMZAWI yang isnyaAllah akan dilaksanakan pada:
Hari: Ahad Pagi
Tgl: 29 Oktober 2023
Tempat: PPSSNH MERGOSONO MALANG
Demikian pemberitahuan dan undangan kami, atas perhatian, partisipasi dan kehadirannya disampaikan banyak terima kasih
Salam silaturrahim kami sampaikan kepada keluarga besar Alumni PPSSNH Mergosono Malang.
Kami atas nama Pengurus Alumni PPSSNH mengharap dengan hormat atas kehadiran Saudara Saudari Alumni PPSSNH (seluruh anggkatan) dalam acara HAUL KE 9 Murobbi ruuhina ABAH KH. Drs. AHMAD MASDUQI MAHFUDZ Beserta HAUL KE 8 UMI NYAI Hj.CHASINAH HAMZAWI yang isnyaAllah akan dilaksanakan secara Luring (tatap muka) pada :
Hari : Ahad Pagi
Tgl. : 6 November 2022
Tempat : PPSSNH MERGOSONO MALANG
Demikian pemberitahuan dan undangan kami, atas perhatian, partisipasi dan kehadirannya disampaikan banyak terima kasih
Masjid Al Azhar di Bajulmati ini adalah Masjid yang dibangun Oleh Alm. KH. Masduqi Mahfudz Mergosono Malang, peletakan batu pertama dilakukan beliau sendiri Pada tgl 17 Oktober 1994 tepat banjir di Bajulmati kemarin juga sama tanggalnya, 17 Oktober 2022
Semua biaya pembangunan Masjid Al Azhar ditanggung sendiri oleh beliau, hampir tak banyak orang yang tahu kalau Beliau (KH. Masduqi Machfudz) pernah membangun Masjid di Bajulmati, bahkan putra putrinya sebagian tidak tahu
Mudah2an kita semua bisa meneladani kehidupan beliau yg sederhana bersahaja tapi sangat tegas dalam berbagai hal
Dalam surat Ali Imran ayat 18, dinyatakan bahwa Allah, Malaikat dan para ahli ilmu yang menegakkan keadilan menyaksikan bahwa Tiada Tuhan selain Allah. Siapakah yang disebut ahli ilmu yang dalam surat tersebut disejajarkan kesaksiannya dengan malaikat bahkan Allah itu sendiri?
Shaikh Khalid Ibn Jumah mengatakan bahwa ahlu ilmi adalah para pemuka agama, ahli fikih dan ahli dzikir yang mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui dari wahyu Allah dan senantiasa mendapat petunjuk, wawasan dan cahaya dari Allah. Orang alim adalah sosok manusia yang disempurnakan oleh tempaan pendidikan dan ilmu syariat. Orang alim adalah sosok yang bersungguh-sungguh merubah perilaku, menambah ilmu dan mengatur gaya hidupnya agar mendapatkan cahaya petunjuk dari Allah.
Dalam dunia bahasa semiotika dianggap sebagai tanda (sign) yang terdiri dari dua unsur yang tidak bisa dipisahkan, yaitu penanda (signifiant) dan petanda (signify). Penanda adalah aspek material dari bahasa, sedangkan petanda adalah makna (konsep) yang ada dalam pikiran (mind). Para filsuf yang menekuni kajian bahasa, misalnya Jacques Derrida, menyangkal bahwa bahasa memiliki makna final. Bahasa adalah metafor, sehingga makna yang ditimbulkan selalu bergerak dan berubah sesuai dengan horison pembacaan. Berangkat dari logika ini, kalau bahasa agama merupakan kumpulan teks-teks (tanda) sudah semestinya ia tidak mengenal makna akhir. Di sinilah semiotika mempunyai peran yang signifikan, di mana teks-teks bahasa agama menjadi wilayah subur untuk menemukan pemahaman-pemahaman baru guna mengaktualisasikan pesan Islam yang universal dan membawa misi rahmatan lil 'alamin.
Mohon pertimbangan ustadz, setahu saya dalam jamaah shalat, antara imam dan makmum tidak boleh terhalang sesuatu sehingga makmum bisa menuju imam tanpa halangan. Namun beberapa waktu yang lalu saya diminta menjadi imam tarawih di salah satu ruang tahanan di sebuah kantor polisi. Posisi saya selaku imam di jalan/lorong sementara makmum berada di ruangan terkunci yang hanya bisa melihat gerakan saya dibalik jeruji besi. Makmum yang tahanan ini tidak mungkin ketempat saya karena terhalang jeruji besi dan tembok. Pertanyaan saya adakah pendapat yang memperkenankan jamaah dalam posisi seperti ini? Terima kasih
Barangsiapa yang selalu menjaga solatnya dengan berjamaah, maka Allah akan memberinya lima hal: tidak pernah terkena kefakiran selamanya, dihapuskan siksa kubur darinya, selamat dari kesusahan pada hari kiamat, diberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanan, dan berjalan di atas titian 'shirat' secepat kilat yang menyambar.
Bilamana
hari raya bertepatan dengan hari jum'at bolehkah bagi seorang bagi seorang
Alim memberikan keterangan bahwa pada hari tersebut boleh meninggalkan
shalat jum'at tapi hanya shalat dhuhur, dimana hal tersebut mengakibatkan
kekosongan syia'ar islam atau bisa menimbulkan kericuhan bagi masyarakat
islam?
Ada seorang pembeli sapi seharga Rp. 100.000, lalu dipeliharakan kepada orang lain dengan perjanjian:
kalau nantinya sapi tersebut dijual, maka keuntungannya dibagi diantara pemilik sapi dan pemeliharanya.
Kalau sapi tersebut betina lalu dalam perjanjian ditetapkan untuk membagi hasil anak sapi tersebut bila sudah beternak.
Tetapi pemilik sapi tersebut bila suatu waktu ingin menjualnya sapi dalam keadaan belum berternak dan bagi hasil, tetap dilakukan dalam mas'alah yang pertama.
Permusuhan laten antar faham keagamaan akhir-akhir ini mengimplisit-kan tuduhan kafir, bukannya karena mengingkari atau menolak tegas kebenaran yang diajarkan Islam, melainkan sebatas berbeda pemahaman doktrinal yang mengarah pada Islam sebagai ideologi. Tidak jauh stigma munafiq yang seharusnya diartikan ’orang yang secara lisan menerima ajaran tapi di belakang mengingkari‘, tetapi sikap menolak formalisasi syari'at dituduh munafiq karena format keislamannya tidak kaffah.