Artikel Keislaman


Edit

Ciri-Ciri Orang Munafik: Sebuah Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur'an

Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein ibn Alwy Binagil: Surat Taubah ayat 125-127

وَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ ۝١٢٥
Adapun (bagi) orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, (surah yang turun ini) akan menambah kekufuran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.

Ayat ini secara jelas menggambarkan kondisi orang-orang yang hatinya bermasalah, atau dalam konteks agama disebut kemunafikan. Ini berarti keyakinan dan akidah mereka cacat. Ada kemunafikan dan keragu-raguan dalam meyakini kebenaran agama Allah. Ketika sebuah surah diturunkan, alih-alih mendapatkan petunjuk, mereka justru bertambah kemunafikannya dan kekafirannya semakin menjadi-jadi. Akibatnya, hati mereka semakin kotor dan sesat, yang pada akhirnya akan menyebabkan mereka meninggal dunia dalam keadaan kafir.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk tidak pernah meninggalkan dunia fana ini kecuali dengan membawa keimanan. Jabatan, status sosial, atau kekayaan tidak akan dituntut di akhirat. Yang dituntut hanyalah satu hal: status diri sebagai seorang muslim yang teguh. Sebagaimana firman Allah,

لاتموتن الا وانتم مسلمون
Jangan sampai kamu meninggal dunia kecuali dalam keadaan sebagai seorang muslim

Yang berarti membawa nilai-nilai keislaman yang sejati. Kita tidak dituntut mengenai jabatan, pendidikan, bidang keahlian, atau seberapa besar kekayaan kita, melainkan hanya nilai keislaman yang benar.

اَوَلَا يَرَوْنَ اَنَّهُمْ يُفْتَنُوْنَ فِيْ كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً اَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوْبُوْنَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُوْنَ ۝١٢٦
Tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, tetapi mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?

Ayat ini menyoroti ciri lain orang munafik: mereka tidak menyadari, tidak akan pernah kembali dari kemunafikan mereka, dan tidak pernah mengambil pelajaran dari peristiwa atau ayat-ayat yang telah Allah turunkan. Hal ini sangat berkaitan dengan cara kerja otak kita. Mereka gagal mengoptimalkan fungsi otak untuk merenungkan dan mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang Allah berikan melalui Al-Qur'an dan kejadian di sekitar mereka.

وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ نَّظَرَ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍۗ هَلْ يَرٰىكُمْ مِّنْ اَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوْاۗ صَرَفَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ ۝١٢٧
Apabila diturunkan suatu surah, satu sama lain di antara mereka saling berpandangan (dengan sikap mengejek sambil berkata), “Adakah seseorang (dari kaum muslim) yang melihat kamu?” Setelah itu mereka pun pergi. Allah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak memahami.

Ayat ini menunjukkan perilaku khas orang munafik ketika aib mereka disinggung oleh ayat Al-Qur'an. Saat berada di majelis Rasulullah dan turun ayat tentang kemunafikan yang mengungkap aib mereka, orang-orang munafik akan saling berpandangan. Mereka bertanya-tanya,

"Apakah ada kaum muslimin yang menyaksikan teguran ini agar kita bisa menghindarinya dan tidak dipermalukan?"

Kemudian, mereka akan segera meninggalkan majelis Rasulullah. Mereka beralasan,

"Kuping kami panas, kami tidak sanggup mendengarkannya. Kami tidak bisa bersabar mendengarkan Rasulullah mempermalukan kami."

Padahal, seharusnya mereka menyadari bahwa itu adalah teguran dari Allah. Tindakan mereka ini menunjukkan bahwa mereka tidak sadar dan tidak mengambil pelajaran dari teguran Allah. Hati mereka tertutup oleh sifat pongah, congkak, dan sombong.

Ketika mereka meninggalkan majelis Rasulullah, Rasulullah merespons tindakan mereka dengan menyampaikan firman Allah:

صَرَفَ اللهُ قُلُوبَهُم
Allah telah memalingkan hati mereka

Kalimat ini adalah sebuah doa. Karena mereka meninggalkan majelis Rasulullah, Allah akan membelokkan hati mereka dari nilai-nilai petunjuk dan keimanan.

Semua ini terjadi karena mereka tidak paham tentang kebenaran, meskipun petunjuk itu sangat terang benderang. Mereka tidak mau mengambil pelajaran dan tidak mampu memaksimalkan kerja otak mereka. Mereka adalah orang-orang yang tidak berakal sehat, lupa, dan bodoh. Menyia-nyiakan kesempatan emas untuk bersama sosok agung seperti Rasulullah adalah tindakan yang sangat pandir.

Penulis:
Achmad Shampton Masduqi